Makalah Kapitan Pattimura
#SHARE
Siapa yang tidak tahu dengan Kapitan Pattimura? Kapitan Pattimura adalah pahlawan nasional dari Maluku. Fotonya pernah terpampang dalam uang pecahan Rp1.000 edisi lama dengan memegang senjata golok yang fenomenal membuatnya menjadi populer. Berikut pembahasan mengenai sang Kapitan dalam bentuk makalah.
Siapa yang tidak tahu dengan Kapitan Pattimura? Kapitan Pattimura adalah pahlawan nasional dari Maluku. Fotonya pernah terpampang dalam uang pecahan Rp1.000 edisi lama dengan memegang senjata golok yang fenomenal membuatnya menjadi populer. Berikut pembahasan mengenai sang Kapitan dalam bentuk makalah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Sampai dengan abad 18
penetrasi kekuasaan Belanda semakin besar dan meluas, bukan hanya dalam bidang
ekonomi dan politik saja namun juga meluas ke bidang-bidang lainnya seperti
kebudayaan dan agama. Penetrasi dan dominasi yang semakin besar dan meluas
terhadap kehidupan bangsa Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa
perlawanan dan perang melawan penindasan dan penjajahan bangsa Eropa. Tindakan
sewenang-wenang dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa kolonial Eropa
telah menimbulkan kesengsaraan dan kepedihan bangsa Indonesia. Menghadapi
tindakan penindasan itu, rakyat Indonesia memberikan perlawanan yang sangat
gigih. Perlawanan mula-mula ditujukan kepada kekuasaan Portugis dan VOC.
Perlawanan yang dilakukan bangsa
Indonesia tersebut di bagi ke dalam dua periode, yaitu perlawanan sebelum tahun
1800 dan perlawanan sesudah tahun 1800. Pembagian waktu tersebut dilakukan
untuk memudahkan pemahaman mengenai sejarah perlawanan bangsa Indonesia
terhadap Bangsa-Bangsa Barat tersebut. Perlawanan sebelum tahun 1800, yaitu :
Perlawanan Rakyat Mataram, Perlawanan Rakyat Banten, Perlawanan Rakyat Makasar,
Pemberontakan Untung Surapati. Sedangkan perlawanan sesudah tahun 1800, yaitu :
Perlawanan Sultan Nuku(Tidore), Perlawanan Patimura, Perang Diponegoro,Perang
Paderi, Perang Aceh, Perang Bali, Perang Banjarmasin.
Proses penjajahan di Indonesia
adalah proses perjuangan yang tidak akan cukup tergambarkan dalam satu atau dua
buku. Berbagai pristiwa yang pernah dialami maupun berbagai peninggalan yang
masih tersisa merupakan saksi yang masih banyak menyimpan rahasiah yang mungkin
belum mampu terungkap.
1.2
Tujuan
1.
Untuk mengetahui perlawanan rakyat – rakyat Indonesia pada masa
kolonialisme Belanda.
2.
Untuk mengetahui biografi Kapitan Pattimura.
3.
Untuk mengetaui latar belakang perlawanan Kapitan Pattimura dan
pasukannya.
4.
Untuk mengetaui akhir perlawanan Kapitan Pattimura dan pasukannya.
1.3
Manfaat
1.
Untuk mengetahui perlawanan rakyat – rakyat Indonesia pada masa
kolonialisme Belanda.
2.
Untuk mengetahui biografi Kapitan Pattimura.
3.
Untuk mengetaui latar belakang perlawanan Kapitan Pattimura dan
pasukannya.
4.
Untuk mengetaui akhir perlawanan Kapitan Pattimura dan pasukannya.
BAB II
ISI
2.1 Asal - Usul
Pattimura (atau Thomas Matulessy) (lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 - meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia.
Menurut buku biografi Pattimura versi
pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis: "Pattimura
tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayahnya yang
bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy.
Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di
negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan.”
Namun sejarawan Mansyur Suryanegara
berbeda pendapat. Dia mengatakan dalam bukunya "Api Sejarah" bahwa
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram
Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah).
Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan
Abdurrahman. Raja itu dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim
Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Pada 20 Mei 1960 ditandatangani sebuah
daftar silsilah dari Itawaka tentang Thomas Matulessy oleh Kapten Infantri F.L.
Siahainenia dan Wattimena dengan judul Turun Temurun Kapitan
Matulessy. Silsilah kemudian baru ditandatangani wakil pemerintah negeri
Itawaka, A. Syaranamual, pada 26 Mei 1967. Kemudian disahkan di Jakarta dan
ditandatangani Frans Hitipeuw atas nama Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, Ditjenbud, Depdikbud.
Pada 28 Mei 1967, F.D. Manuhutu atas nama
Ketua Saniri Negeri Haria, menandatangani sebuah daftar silsilah Thomas
Matulessy berjudul Silsilah Pattimura,namun berbeda di nama ayah
Thomas Matulessy. Versi Itawaka menyebut nama ayah Thomas dengan Frans
Matulessy, sedangkan versi Haria menyebut nama ayah Thomas dengan Frans
Pattimura.
Daftar silsilah Thomas versi Haria ini juga ditandatangani Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah pada 5 Oktober 1987. Jadi pada hari yang sama, Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah mengesahkan dua daftar silsilah Thomas Matulessy.
Daftar silsilah Thomas versi Haria ini juga ditandatangani Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah pada 5 Oktober 1987. Jadi pada hari yang sama, Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah mengesahkan dua daftar silsilah Thomas Matulessy.
Setelah itu pada September 1976, I.O.
Nanulaita menyusun lagi sebuah daftar silsilah Thomas Matulessy yang diberi
judul Silsilah Pattimura versi Ulath. Kesamaan dari ketiga
versi silsilah itu adalah Thomas Matulessy tidak kawin.
Secara akademik juga sudah pernah
ditempuh. Pada 5-7 Nopember 1993, para ahli sejarah, analis, dan pemerhati
sejarah bersama pemerintah berkumpul dalam sebuah forum ilmiah seminar tentang
sejarah perjuangan Pahlawam Nasional Pattimura di Kodam XV Pattimura, yang
diselenggarakan Kanwil Depdikbud Provinsi Maluku di Ambon. Tetapi “Hingga
berakhirnya Seminar, belum bisa dipastikan siapa tokoh Kapitan Pattimura yang
sesungguhnya”.
Menariknya seminar sejarah perjuangan
Pattimura itu justru merekomendasikan dalam satu itemnya: Demi kepastian
penulisan historiografi perjuangan Pattimura, maka peran marga Pattimura di
Negeri Latu dan Silsilah Thomas Matulessy di Saparua dan Haruku, perlu diteliti
secara lebih serius.
2.2 Latar Belakang Perlawanan
Latar belakang terjadinya
perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Thomas Matulessi yang lebih dikenal
dengan nama Kapiten Pattimura, adalah sebagai berikut :
1.
Kembalinya
pemerintahan kolonial Belanda di Maluku dari tangan Inggris. Perubahan
penguasa dengan sendirinya membawa perubahan kebijaksanaan dan peraturan.
Apabila perubahan itu menimbulkan banyak kerugian atau penghargaan yang kurang,
sudah tentu akan menimbulkan rasa tidak puas dan kegelisahan.
2.
Pemerintah kolonial Belanda memberlakukan kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib. Pada zaman pemerintahan Inggris penyerahan
wajib dan kerja wajib (verplichte leverantien, herendiensten) dihapus, tetapi
pemerintah Belanda mengharuskannya lagi. Tambahan pula tarif berbagai barang
yang disetor diturunkan, sedang pembayarannya ditunda-tunda.
3.
Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan uang kertas
sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di Maluku, sehingga menambah
kegelisahan rakyat.
4.
Belanda juga mulai menggerakkan tenaga dari kepulauan
Maluku untuk menjadi Serdadu (Tentara) Belanda.
Berdasarkan Convention
of London (1814), daerah Maluku diserahkan kembali oleh Inggris kepada
Belanda. Kedatangan Belanda kembali ke Maluku disambut dengan
banyak perlawanan rakyat. Rakyat Maluku banyak yang merasa trauma
dengan penindasan dan penghisapan pada masa VOC antara lain seperti pelayaran
Hongi, ektirpasa dan lain-lain, rakyat Maluku takut hal-hal di atas kembali terulang.
Pada tanggal 8 Maret
1817, masuklah 4 kapal perang Belanda ke Teluk Ambon. Empat kapal itu salah
satunya mengangkut 2 orang penting Belanda. Mereka adalah Komisaris Van
Middlekoop dan Engelhard. Sambutan penduduk Maluku sangat
suram dan tidak meriah karena seperti disebutkan di atas, rakyat masih trauma
dengan orang-orang Belanda.
Ketika Maluku dikuasai Inggris, seolah-olah rakyat Maluku
ada pada masa yang menyenangkan. Inggris melarang semua pelanggaran atas hak
mereka, kerja paksa dihapus, Inggris juga membeli hasil bumi Maluku dengan
harga yang pantas. Ketika Belanda kembali, rakyat Maluku seperti kecewa dan
tidak senang karena mereka punya dendam dengan orang-orang Belanda. Perasaan
trauma itu sepertinya akan terulang pada saat Residen gubernur Maluku
menginstruksikan diberlakukan kembali kerja paksa (rodi) yang telah dihapuskan
oleh pemerintah Inggris sebelumnya dan kewajiban kepada nelayan Maluku untuk
menyediakan perahu (orambai) untuk keperluan administrasi dan militer
Belanda. Selain itu yang paling berat adalah kerja paksa untuk
keperluan penebangan kayu.
Sikap Belanda yang
sewenang-wenang ini menimbulkan jiwa kritis rakyat Maluku timbul, rakyat Maluku
mulai membandingkan pemerintahan Inggris dengan Belanda. Orang-orang Kristen
yang dulunya kebanyakan bekerja untuk pemerintahan Inggris kini bergabung
dengan golongan Muslim Maluku untuk merencanakan perlawanan terhadap Belanda.
2.3 Jalannya Perlawanan
Perlawanan
dimulai ketika rakyat melakukan protes di Kantor Residen Saparua di dalam Benteng Duurstedee.
Mereka menuntut agar pemerintah bersedia membayar perahu Orambai yang dipesan
oleh pemerintah Belanda dengan harga yang pantas karena selama ini perahu
orambai yang diserahkan kepada pemerintah Belanda tidak pernah dibayar. Residen
Saparua Van den Berg menolak tuntutan rakyat itu. Kejadian itu
menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin menjadi-jadi.
Akhirnya perlawanan dengan kekerasan senjata terhadap
Belanda pun direncanakan. Dalam pertemuan antara para pemimpin rakyat Saparua
(berjumlah 100 orang) dibicarakan mengenai rencana perlawanan dan juga
dibicarakan mengenai siapa yang akan memimpin, selain itu di dalam rapat
tersebut muncul desas-desus bahwa Belanda akan mengenakan wajib militer pada
rakyat Maluku untuk ditugaskan ke Jawa, yang mana desas-desus ini menimbulkan
perasaan was-was dan semakin menambah kebencian pada Belanda. Dalam rapat itu
seorang pria bernama Matulessy tampak mendominasi
pertemuan. Mattulessy memiliki nama lengkap ketika lahir
adalah Achmat Lussy dan biasa dipanggil Mat Lussy,
ketika Maluku dikuasai Inggris Mat Lussy bekerja sebagai anggota tentara
kolonial Inggris dan memperoleh pangkat kapten (kapitan). Waktu itu Inggris
membentuk Barisan Maluku di mana ada 400 orang Maluku yang bekerja untuk
tentara Inggris. Karena begitu akrab dengan orang Inggris dan sangat menyukai
kebudayaannya Mat Lussy bahkan berpindah agama menjadi Kristen Protestan
Anglikan dan merubah namanya menjadi Thomas Matulessy. Pengalaman
di kemiliteran Inggris membuat Mattulessy cukup disegani karena
keahliannya menyusun strategi perlawanan terhadap Belanda, maka para pemimpin
adat sepakat untuk mengangkat Mattulessy sebagai pemimpin
dengan gelar Pattimura.
Pattimura menetapkan
sasaran adalah Benteng Duurstede. Benteng di tepi pantai itu akan diserang
oleh pasukan yang didaratkan dari pantai. Untuk mengangkut pasukan Pattimura merencanakan
akan memakai orambai yang sedianya akan dipesan oleh Belanda.
Benteng Duurstede adalah
tempat tinggal residen Saparua Johannes Rudolph Van den Berg yang
baru berusia 29 tahun yang sejak 15 Maret 1817 menetap di sana. Ia tinggal
bersama istri dan 4 anaknya. Selain keluarga residen, benteng ini juga dijaga
oleh ratusan tentara dan pegawai administrasi.
Pada tanggal 15 Mei 1817 terjadi kerusuhan di
Porto di mana sebuah perahu pos Belanda dirampas oleh rakyat yang marah, rakyat
mengancam jika Pemerintah Belanda tidak bersedia membayar orambai maka perahu
pos itu tidak akan dikembalikan berikut isinya.
Residen Van den Berg dengan ditemani 7
pasukan pengawal berangkat ke Porto untuk melakukan dialog dengan rakyat.
Tetapi residen dan pengawalnya tidak tahu bahwa rakyat itu adalah
pengikut Pattimura. Ketika sampai di daerah Haria, residen dan
pengawalnya disergap dan semuanya berhasil ditangkap, beberapa pengawalnya bahkan
ada yang terbunuh. Kuda residen dibunuh. Mengetahui residen ditawan oleh rakyat
Saparua, maka dari Benteng Duurstede dikirimkan sekelompok
pasukan senapan berjumlah 20 orang dan 12 orang Jawa bersenjatakan tombak. Di
tengah jalan 32 orang serdadu itu dihujani dengan panah.
Pattimura kemudian membebaskan Van den Berg setelah
residen ini mengancam bahwa jika seorang residen ditahan maka pemerintah
Belanda di Batavia tidak akan tinggal diam dan pasti akan menghukum seluruh
rakyat Maluku. Akhirnya residen dibebaskan dengan jaminan bahwa residen telah
menganggap insiden penyanderaan itu selesai dan tidak akan memperpanjangnya
selain itu residen berjanji akan melunasi orambai yang dibeli Belanda.
Sementara itu,
setelah membebaskan residen dan pengawalnya Pattimura dan
pasukannya segera menuju Benteng Duurstede dengan menaiki
orambai-orambai yang berjumlah puluhan.
Pagi hari sebelum matahari terbit orambai-orambai itu
sudah sampai di pantai dan ribuan orang segera turun ke darat dan langsung
melakukan serangan sporadis ke Benteng Duurstede. Pihak Belanda
sangat kaget dengan serangan ini dan berusaha bertahan mati-matian. Tetapi
tanpa dinyana dari hutan di belakang benteng juga terjadi serangan dari rakyat.
Akhirnya Benteng Duurstede berhasil direbut tanggal 16 Mei
1817, seluruh isi benteng dibunuh termasuk residen dan keluarganya termasuk 4
anaknya yang masih kecil juga jadi korban sabetan kelewang yang tak bermata. Rakyat
Maluku yang bekerja untuk Belanda juga menjadi korban. Namun, kemudian
diketahui bahwa anak tertua Van den Berg tidak mati karena dia bersembunyi di
bawah tumpukan mayat. Dengan jatuhnya Benteng Duurstede maka
senjata-senjata yang ada di dalamnya juga ikut dirampas dan semakin menguatkan
kedudukan Pattimura. Setelah menduduki benteng, Pattimura
menurunkan bendera merah putih biru Belanda dan mengibarkan bendera Union Jack
Inggris.
Sore harinya anak
tertua Van den Berg ditemukan oleh salah seorang pemberontak bernama Samuel
Pattiwael. Semua pasukan pemberontak ingin membunuhnya tetapi Pattimura mencegahnya
dan bahkan mengangkat anak itu sebagai anak tirinya. Anak Van den Berg itu
bernama Jean Lubbert.
Berita jatuhnya
Benteng Duurstede dan terbunuhnya Residen Van den Berg sampai ke
Batavia. Pemerintah Hindia-Belanda segera memerintahkan Mayor Beetjes untuk
memimpin 242 pasukan dan 2 meriam untuk merebut kembali benteng itu. Pasukan
itu akan dikirim dengan perahu tanpa perlindungan kapal perang. Hal ini
dilakukan karena Pemerintah Belanda di Ambon memandang kedudukan Belanda di
Ambon masih labil sehingga kapal-kapal perang harus tetap berada di Ambon.
Tanpa perlindungan kapal perang Beetjes berhasil mendarat di Pantai Wae Sisil. Usaha Beetjes menemui
kegagalan, setelah mendarat pasukannya disergap oleh ribuan rakyat Saparua
dihancurkan di pantai Wae Sisil depan Benteng Duurstede dan
bahkan ia sendiri terbunuh.
Kemudian dikirim
pasukan lagi yang lebih besar (950 orang) yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Groot. Tetapi setelah pertempuran yang besar dan
habis-habisan pasukan ini pun bisa dihancurkan. Lagi-lagi pasukan
Belanda ini tidak dilindungi oleh kapal perang.
Keberhasilan Pattimura ini
menghilhami para pemimpin Maluku di lain daerah dan merekapun mengobarkan
perlawanan terhadap Belanda. Di Hitu perlawanan dipimpin oleh raja Ulupaha
yang berusia 80 tahun. Selain itu seorang raja bernama Paulus
Tiahahu juga membantu perlwanan Pattimura dengan dukungan
ekonomi dan bahkan penyediaan logistik dan pasukan. Bahkan salah seorang putri
raja bernama Christina Martha Tiahahu memimpin
perlawanan
Maluku dari laut dan darat dengan cara membajak kapal Belanda di perairan
Maluku.
Politik Devide
et Impera dijalankan, Belanda mulai mendekati beberapa tokoh Maluku
yang berpengaruh seperti raja, kepala suku, pendeta Kristen dan tokoh
berpengaruh lainnya untuk ikut membantu mengalahkan Pattimura dan
pengikutnya yang masih bercokol di Benteng Duurstede.
Akhirnya pasukan
besar berjumlah 2000 orang dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Buijskes didaratkan
di Saparua pada tanggal 30 September 1817 dan mengepung Benteng Duurstede. Kali ini
serangan Belanda didukung oleh sebuah kapal perang penjelajah Maria Van
Reigersbergen. Pattimura saat itu tidak sedang berada di benteng
sehingga tidak berhasil ditangkap. Akhirnya benteng itu pun jatuh pada tanggal
3 Oktober 1817 dan beberapa tokoh pemimpin perlawanan ditangkap.
Brigadir Jenderal
Buijskes kemudian memecat Residen Van Middelkoop dan Komisaris Engelhard.
Buijskes mengangkat dirinya sebagai residen militer dan bertanggung jawab atas
Maluku. Buijskes kemudian mengirim surat kepada Raja Ternate dan Tidore. Dia
meminta kepada kedua raja itu untuk mengirim pasukan membantu Belanda. Dalam
suratnya itu Buijskes membawa-bawa sentimen agama untuk memecah belah. Kedua
raja itu pun terpengaruh. Pada awal November 1817, sebanyak 1500 pasukan
Ternate dan Tidore dari Suku Alfuru berikut perahu kora-kora nya bergabung
dengan Belanda.
Bergabungnya 1500 pasukan Ternate-Tidore dari
suku Alfuru ini membikin moral pasukan Pattimura sedikit kendor. Mereka merasa
ngeri dengan kebengisan orang-orang Alfuru yang suka memenggal kepala jika membunuh
musuhnya.
Pattimura membangun pertahanannya yang
terdiri dari batu-batu karang. Bahkan peluru meriam Belanda tak mampu
menghancurkannya. Pattimura membangun benteng karang ini di tempat-tempat
strategis. Pertahanan ala Pattimura ini menimbulkan rasa salut
Belanda pada Pattimura.
Pada tanggal 9 November Kapal-kapal perang
Belanda menghujani sebuah benteng karang milik pasukan Maluku. Setelah
dibombardir dengan berat akhirnya kapal-kapal itu mendaratkan 3 kompi pasukan
dan mengambil posisi mengepung serta menutup tiap-tiap celah, sementara
kapal-kapal perang tetap menembaki, karena terus dikepung dan ditembaki
akhirnya orang-orang Maluku tidak tahan lagi dan menyerah. Akhirnya dengan
taktik ini Belanda mampu merebut benteng-benteng yang lain.
2.4 Akhir Perlawanan
Kini Belanda di atas
angin, dan Pattimura makin terdesak dan terpaksa harus melawan secara gerilya. Usaha
pembersihan kemudian dilakukan Belanda untuk meredam terulangnya kembali
pemberontakan dan yang paling utama adalah menangkap Pattimura.
Usaha Belanda
menangkap Pattimura terus menerus mengalami kegagalan dan
akhirnya Pattimura ditangkap di sebuah rumah di daerah
SiriSori.Pattimura dapat ditangkap karena pengkhianatan salah satu
anak buahnya. Karena Pattimura bukanlah raja maka dia diperlakukan seperti
tawanan perang rendahan. Tertangkapnya Pattimura ini tidak membuat surut
perlawanan Maluku. Raja Manusama Paulus Tiahahu dari Abobu, Nusa Laut terus
melakukan pemberontakan dengan cara membajak kapal-kapal Belanda.
Untuk menumpas
pemberontakan Belanda bertindak sangat kejam dalam menghukum daerah yang
dicurigai sebagai sarang pemberontak. Rumah-rumah dibakar. Orang-orang Ternate
dan Tidore yang membantu Belanda diijinkan untuk merampok dan merampas
desa-desa di Saparua.
Raja Abobu Manusama
Paulus Tiahahu akhirnya berhasil ditangkap beserta putrinya Christina Martha
Tiahahu yang masih kecil (kurang lebih 17 tahun). Komodor VarHuell
diperintahkan memimpin kapal perang Evertzen ke Nusa Laut. Sesampainya di Nusa
Laut Evertzen mendapat penumpang istimewa yaitu Paulus Tiahahu dan anaknya
Christina Martha Di pantai telah berkumpul rakyat Nusa Laut. Kemudian raja
digiring ke geladak kapal dan ditembak di depan anaknya dan disaksikan oleh
rakyatnya dari pantai. Akhirnya karena masih kecil, Christina Martha
dibebaskan. Tetapi Christina malah meneruskan perlawanan bapaknya.
Sampai akhirnya ia kembali tertangkap bersama 39 orang sisa pengikutnya.
Akhirnya 40 orang tahanan itu dibawa ke Batavia dengan kapal Evertzen-kapal
tempat ayah Christina dihukum mati-. Di tengah perjalanan Christina tidak mau
makan, sampai akhirnya ia mati kelaparan. Pada tanggal 1 Januari 1818 jenasah
Christina dibuang ke laut.
Pada tanggal 16
Desember 1817, para pemimpin perlawanan Maluku dihukum gantung di Benteng Nieuw
Victoria di tepi pantai Ambon. Mereka adalah Pattimura, Anthoni
Ribok, Philip Latumahina, dan Said Parintah. Anak Residen
Van den Berg yang telah dikembalikan kepada Belanda diharuskan menyaksikan
hukuman ini. Upacara eksekusi ini cukup megah karena dimeriahkan
dengan formasi kapal perang Belanda dan kora-kora Ternate dan Tidore, salvo
meriam dan marching band. Kemudian paduan suara gereja menyanyikan
lagu-lagu rohani. Kemudian seorang tentara berpangkat kapten membacakan
keslaahan-kesalahan Pattimura dan kawan-kawan untuk kemudian membacakan
keputusan vonis mati dengan digantung. Sebelum digantung Pattimura mengucapkan
sebuah kata-kata yang terkenal. ”Pattimura-Pattimura tua boleh mati
tetapi Pattimura-Pattimura muda akan bangkit kembali dan melawan.”
Akhirnya matilah Pattimura dan kawan-kawan. Jenasah-jenasah para pemberontak
ini dibiarkan bergantung di muka umum sampai membusuk.
Jean Lubbert-anak Van
den Berg-, memohon kepada Pemerintah Belanda agar ia
diizinkan melengkapi namanya menjadi Van den Berg Van Saparua untuk mengenang
Pattimura. Perlawanan rakyat Maluku berhenti setelah banyak pemimpin yang tertangkap atau
terbunuh.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhirnya pada tahun 1821 perlawanan Maluku dapat dikatakan berakhir. Perlawanan
Maluku terjadi lagi pada tahun 1858, 1860, 1864, dan 1866 walaupun tidak
seheroik pertempuran 1817. Meskipun Pattimura telah
gugur, namun semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan yang beliau miliki masih
melekat pada Rakyat Maluku. Semangat tersebut terus mereka bawa dan tidak akan
pernah padam untuk menembus segala rintangan demi satu tujuan yang mulia yaitu
merdeka. Tepat seperti kata – kata terakhir beliau yang mengatakan ”Pattimura-Pattimura
tua boleh mati tetapi Pattimura-Pattimura muda akan bangkit kembali dan
melawan.” Hingga akhirnya seluruh perjuangan mereka terbayarkan dengan
terusirnya penjajah dari tanah Indonesia pada tahun 1945.
Namanya kini diabadikan untuk
Universitas Pattimura dan Bandar Udara Pattimura di Ambon.
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita
bisa mengetahui bagaimana susahnya pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI,
dari bertaruh harta maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah
gugur dalam membela Indonesia. Hargailah jasa – jasa mereka karena berkat
mereka, kita bisa menikmati kebebasan yang telah direbut oleh penjajah.
Setidaknya, apabila tidak bisa membuat negara Indonesia menjadi baik maka
jangan merusaknya. Selain itu, semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur
dari mereka.
Versi dokumennya bisa didownload di sini :
monggo dicomot :3
Bravo
ReplyDelete